Pendahuluan
Sektor pertambangan dan energi merupakan bidang strategis yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan peradaban manusia. Sejarah pertambangan dan pemanfaatan sumber daya alam sudah di muali sejak zaman dahulu, dengan menggunakan batu dan logam untuk keperluan pembangunan serta pembuatan senjata Selanjutnya, pemanfaatan batu bara dan minyak bumi berkembang pesat pada masa Revolusi Industri sebagai sumber energi utama. Manusia mulai menggencarkan transisi energi menuju sumber-sumber terbarukan di era modern, seiring dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya kesadaran terhadap isu lingkungan. Seluruh tahapan ini memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan sosial, ekonomi, dan politik di tingkat global. Indonesia, sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, tidak terlepas dari pengaruh dinamika global tersebut.
Sejarah Pertambangan dan Energi di Dunia
1. Zaman Prasejarah hingga Kuno
Manusia telah melakukan kegiatan pertambangan sejak sekitar 40.000 tahun yang lalu, salah satunya melalui penambangan pigmen oker di Afrika Selatan. Pada Zaman Perunggu (sekitar 3.000 SM), manusia mulai menambang logam industri seperti tembaga dan timah secara sistematis untuk membuat alat dan senjata (Healy, 1978).
2. Revolusi Industri (Abad ke-18)
Pada abad ke-18, manusia mulai secara masif memanfaatkan batu bara sebagai sumber energi utama untuk menggerakkan mesin uap dalam Revolusi Industri berskala besar. Sejak saat itu, batu bara memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan industri manufaktur di berbagai negara, dengan Inggris sebagai pelopornya melalui eksploitasi batu bara dan besi guna mendukung pengembangan industri manufaktur.
Selanjutnya, pada tahun 1859, Edwin Drake berhasil melakukan pengeboran sumur minyak pertama di Pennsylvania. Pandangan bahwa minyak bumi merupakan komoditas energi yang lebih efisien, melimpah, dan serbaguna dibandingkan batu bara dan kayu, sejak saat itu, minyak bumi memainkan peran utama dalam mendorong pertumbuhan industri, transportasi, serta menjadi fondasi bagi perkembangan ekonomi global modern (Yergin, 1991).
3. Abad ke-20 hingga Era Modern
Pada abad ke-20, penemuan teknologi listrik oleh Faraday serta pengembangan motor listrik oleh perusahaan seperti Tesla mengubah cara manusia memproduksi dan mendistribusikan energi. Selain itu, pada pertengahan abad ke-20, manusia mulai mengembangkan energi nuklir serta energi terbarukan, seperti angin dan surya, sebagai respons terhadap krisis minyak dan meningkatnya perhatian global terhadap isu lingkungan (Smil, 2017).
Sejarah Perkembangan Pertambangan dan Energi di Indonesia
1. Masa Kolonial
Pemerintah kolonial Belanda memulai penambangan modern di Indonesia pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1868, Willem Hendrik de Greve menjadi orang pertama yang menemukan batu bara berkualitas tinggi di Ombilin, Sawahlunto, Sumatera Barat. Penemuan ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk membuka tambang batu bara pertama di daerah tersebut pada tahun 1892.
Sejak saat itu, tambang ini menjadi tonggak awal perkembangan industri pertambangan batu bara di Indonesia. Selanjutnya, penemuan minyak di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, pada tahun 1885 oleh Zijlker menandai awal mula industri perminyakan di Indonesia sekaligus menjadi cikal bakal terbentuknya perusahaan Royal Dutch Shell (Cribb & Brown, 1995).
2. Era Kemerdekaan dan Nasionalisasi
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di sektor energi dan pertambangan. Pemerintah Indonesia secara resmi mendirikan Pertamina sebagai perusahaan minyak milik negara pada tahun 1968. Selama masa Orde Baru, pemerintah mendorong eksplorasi besar-besaran terhadap tambang emas, tembaga, dan batu bara, dengan melibatkan investasi asing, seperti PT Freeport Indonesia (Ricklefs, 2008).
3. Era Reformasi dan Otonomi Daerah
Sejak dimulainya Era Reformasi pada tahun 1998, pemerintah menerapkan kebijakan desentralisasi dalam pengelolaan sumber daya alam. Kebijakan ini memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menerbitkan izin usaha pertambangan, yang pada akhirnya mendorong peningkatan aktivitas eksploitasi tambang, meskipun pengawasannya belum selalu berjalan secara optimal. Kondisi ini berpotensi menimbulkan konflik lingkungan dan sosial di berbagai daerah (Aspinall & Fealy, 2003).
Rencana Transisi Energi dan Energi Terbarukan di Indonesia
Indonesia saat ini tengah berada dalam fase penting transisi energi sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan energi nasional serta desakan global untuk mengurangi emisi karbon. Transisi energi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang selama ini mendominasi bauran energi nasional.
Pemerintah Indonesia secara aktif mendorong pengembangan energi terbarukan sebagai bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan. Berbagai sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air (hidro), panas bumi (geothermal), dan biomassa mulai dikembangkan untuk menggantikan peran energi fosil secara bertahap. Selain itu, teknologi baru seperti panel surya atap dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) mulai diimplementasikan di berbagai daerah.
Dalam kerangka kebijakan nasional, pemerintah menetapkan target ambisius melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), yaitu mencapai bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 https://www.esdm.go.id. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah tidak hanya membangun proyek-proyek pembangkit energi terbarukan, tetapi juga memberikan berbagai insentif bagi investor di sektor energi hijau. Selain itu, pemerintah turut mendorong peningkatan kapasitas riset dan pengembangan teknologi guna mempercepat transformasi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan
Namun demikian, transisi energi di Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, ketimpangan distribusi energi antar wilayah, dan ketergantungan ekonomi daerah penghasil batu bara. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan agar proses transisi ini dapat berjalan efektif dan berdampak luas.
Secara keseluruhan, transisi energi menuju sumber terbarukan diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Indonesia.
Kesimpulan
Sejarah pertambangan dan energi menunjukkan bahwa kebutuhan manusia akan sumber daya alam telah membentuk arah peradaban dunia. Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya tersebut, telah mengalami berbagai fase dalam pengelolaannya. Tantangan ke depan adalah menciptakan sistem energi yang adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Daftar Pustaka
- Aspinall, E., & Fealy, G. (2003). Local Power and Politics in Indonesia: Decentralisation and Democratisation. Institute of Southeast Asian Studies.
- Cribb, R., & Brown, C. (1995). Modern Indonesia: A History Since 1945. Longman.
- Healy, J. F. (1978). Mining and Metallurgy in the Greek and Roman World. Thames and Hudson.
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). (2023). Statistik Energi Indonesia 2022. Jakarta: Pusdatin ESDM.
https://www.esdm.go.id - Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia since c.1200 (4th ed.). Stanford University Press.
- Smil, V. (2017). Energy and Civilization: A History. MIT Press.
- Yergin, D. (1991). The Prize: The Epic Quest for Oil, Money, and Power. Free Press